Oleh
Sofia Mariana N dan Febri Sadyastuti
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui konstruksi pemberitaan impor daging kerbau di detik.com dan republika.co.id.
Objek pnelitian ini melibatkan pemberitaan detik.com
berjudul “Bulog: Banyak yang Antre Rebutan Daging Kerbau” dan pemberitaan republika.co.id berjudul “Daging Kerbau Impor Rugikan Peternak Rakyat”.
Untuk mencapai tujuan penelitian, kedua
peneliti melakukan analisis pembingkaian
(framing) untuk mengetahui
penekanan/penonjolan isu yang dilakukan kedua media. Oleh karena itu, metode
yang sesuai untuk penelitian ini yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan
analisis framing milik Robert Entmen dengan model analisis yang menjawab empat
pertanyaan pendefinisian masalah, sumber masalah, penentuan nilai moral, dan
penyelesaian masalah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa detik.com mengkonstruksi isu daging sapi
dengan cenderung menginformasikan koordinasi positif yang dilakukan pmerintah
dalam mengimplementasikan kebijakan impor daging kerbau asal India. Sedangkan republika.co.id mengonstruksikan isu
impor daging kerbau dengan cendrung menonjolkan pada aspek negatif dari
implementasi kebijakan impor daging kerbau asal India.
Adapun saran yang diberikan untuk
kedua media yaitu agar juga mengutip pernyataan pihak pedagang untuk detik.com,
dan mengutip pernyataan peternak bagi republika.co.id.
BAB I PENDAHULUAN
I.I.
Latar Belakang
Kenaikan harga bahan pokok bukan
hal baru yang selalu diberitakan setiap tahunnya, khususnya saat mendekati hari
raya keagamaan. Sejak menjelang Idul Fitri pada 6 Juli 2016 lalu, kenaikan
harga bahan pokok terus menjadi sorotan, khususnya harga daging sapi. Media
massa banyak yang menggempur pemberitaan soal harga daging sapi karena
komoditas ini menjadi barang yang paling dicari masyarakat dan mengalami
peningkatan harga yang naik siginifikan dibanding setahun sebelumnya.
Saat itu, harga daging sapi betah
bertengger di harga Rp 120 ribu/kg meski
Presiden Joko Widodo menginstruksikan kepada beberapa menteri di pos
ekonomi bahwa daging sapi harus berada di tingkat harga Rp 80 ribu. Seiring
berjalannya waktu, pemerintah hanya bisa mengupayakan daging sapi seharga Rp 80
ribu dalam bentuk daging beku, sedangkan daging prime cut dan secondary cut
segar masih di atas Rp 80 ribu.
Seperti menjelang Idul Fitri, pada
hari-hari menjelang Idul Adha, daging sapi kembali menjadi salah satu topik
yang ramai diangkat dalam pemberitaan. Tak berbeda, hal ini juga dikarenakan
harga daging sapi masih stabil di tingkat harga yang tinggi. Selain membuka
keran impor sapi, kali ini pemerintah juga memilih kebijakan lain dalam hal
diversifikasi produk daging, yaitu dengan mengimpor daging kerbau asal India.
Tujuannya, agar masyarakat juga mengonsumsi daging selain sapi karena harganya
jauh di bawah harga daging sapi.
Beberapa media memberitakan impor
daging kerbau dari berbegai saudut pandang. Media online, di antaranya detik.com
dan republika.co.id juga beberapa
kali menayangkan pemberitaan impor daging kerbau asal India. Salah satu
pemberitaan detik.com tentang impor
kerbau yaitu berita berjudul “Bulog: Banyak yang Antre Rebutan Daging Kerbau”. Sedangkan
salah satu pemberitaan republika.co.id
tentang impor kerbau yaitu dalam berita berjudul “Daging Kerbau Impor Rugikan
Peternak Rakyat”. Pemberitaan tersebut tentu saja bukan yang satu-satunya bagi detik.com maupun republika.co.id dalam isu impor daging kerbau. Namun, pada dua
judul berita online yang tersebut,
terdapat perbedaan sudut pandang dan pembingkaian penekanan isu.
Dalam media, penulisan suatu berita
dikonstruksikan dari hal bernama realitas, namun terkadang hal itu di
konstruksikan tidak sesuai dengan realita yang ada, yang mana sebuah berita
yang yang dikonstruksikan tidak sesuai dengan hasil yang konstruksinya, yang
artinya berita yang disampaikan dalam media ternyata menyimpan subjektivitas
penulis dan tidak netral.
Penulisan suatu berita dalam media,
selalu dibentuk dari hal yang bernama realitas, yang mana terkadang realitas
yang disampaikan dalam media tersebut tidak sama dengan realitas yang
dibingkai. Dalam mempelajari media, analisis
bingkai menunjukan bagaimana aspek-aspek struktur dan bahasa berita
mempengaruhi aspek-aspek yang lain. Menurut Panuju (2003:1), analisis framing adalah analisis untuk membongkar
ideologi di balik penulisan informasi dengan cara seleksi isu dan penekanan
atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas.. Oleh karena
itu, peneliti
tertarik mengetahui ke arah manakah media akan menggiring pemikiran masyarakat
dalam memberitakan isu impor daging kerbau.
I.2.
Tujuan dan Manfaat
Konstruksi pemberitaan di media
online mengenai suatu isu tertentu salah satunya dapat dianalisis menggunakan metode
analasis pembingkaian (framing). Robert
Entman merumuskan model untuk menunjukkan penekanan atau penonjolan aspek-aspek
tertentu dari realitas yang diberitakan. Sesuai model framing Entman, maka
analisis ini bertujuan mengetahui bagaimana pendefisian masalah, memperkirakan
sumber masalah, nilai moral yang disajikan, serta penekanan penyelesaian
masalah pada pemberitaan impor daging kerbau di media online detik.com dan
republika.co.id.
Adapun manfaat teortis yang
diharapkan dapat menjadi
sumbangan ilmu bagi pranata humas dalam menganalisis
pemberitaan dan
dapat memperkaya
penelitian sederhana di bidang komunikasi massa, khususnya pemberitaan di
media online dengan menggunakan analisis framing. Sedangkan manfaat praktis yang
dapat didapatkan, pertama penelitian ini diharapkan menjadi referensi megenai konstruksi sebuah isu yang ditulis di media online. Kedua, dapat memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa
setiap pemberitaan menggunakan pembingkaian (framing) tertentu.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Komunikasi Massa
Komunikasi massa
merupakan suatu proses dimana media menyebarkan pesan pada masyarakat secara
luas.Komunikasi yang ditujukan ke masyarakat yang tersebar,heterogen,
anonim.Pesan ini dapat disampaikan melalui media cetak, media elektronik dan
media online sehingga pesan yang sama ini dpat diterima secara serentak dan
sesaat.Komunikasi Massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (Media)
dalam menghubungkan komunikator dan komunikan.Menurut Charles R. Wright
menyatakan komunikasi massa berfungsi untuk kegiatan penyelidikan
(surveillance), kegiatan mengkorelasikan, yaitu menghubungkan satu kejadian
dengan fakta yang lain dan menarik kesimpulan, selain itu juga berfungsi
sebagai sarana hiburan. Ciri- ciri dan karakteristik komunikasi massa meliputi
sifat dan unsur yang tercakup didalamnya (Suprapto, 2006 : 13), yaitu:
·
Sifat komunikan, yaitu komunikasi massa yang ditujukan
kepada khalayak yang jumblahnya relatif besar, heterogen, dan anonim. Bersifat
heterogen berarti khalayak bersifat berasal dari latar belakang dan pendidikan,
usia, suku, agama, pekerjaan,. Sehingga faktor yang menyatukan khalayak yang
heterogen ini adalah minat dan kepentingan yang sama.
· Sifat media massa, yaitu serempak dan cepat. Serempak
(Simultanety) berarti bahwa keserempakan kontak antara komunikator dengan
komunikan yang demikian besar jumblahnya. Selain itu sifat dari media massa
adalah cepat(rapid), yang berarti memungkinkan pesan yang disampaikan pada
banyak orang dalam waktu yang cepat.
·
Sifat pesan, Pesan yang disampaikan melalui media
massa adalah bersifat umum (Public). Media massa adalah sarana untuk
menyampaikan pesan kepada khalayak, bukan untuk kelompok orang tertentu.
· Sifat komunikator, karena meida massa merupakan
lembaga organisasi, maka komunikator dalam komunikasi massa, seperti wartawan,
utradara, penyiar, pembawa acara, adalah komunikator yang terlembagakan.
2.2.
Media Online dan Pemberitaan
Jurnalistik
online adalah satu bentuk jurnalistik
generasi baru yang muncul seiring dengan munculnya media online. Setelah media cetak dan elektronik, media online bisa
dikatakan sebagai jenis media generasi ketiga.Media online mempunyai kemampuan
untuk menyampaikan berita dengan lebih luas dan sangat cepat. Media online memampukan
jurnalisnya menyuguhkan berita terbaru sehingga pembaca akan mengetahui hal-hal
baru lainnya (Craig,2005:30).
Media Online mempunyai
kemampuan untuk mengintegrasikan beragam media sekaligus (teks,visual dan
audio). Media Online disebut juga dengan Digital Media. Digital media sendiri adalah
media yang tersaji secara online di internet.
2.3.
Analisis Pembingkaian (Framing)
Teori
Analisis Framing (Frame Analysis Theory) adalah salah satu metode
analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Paradigma
ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi
hasil dari konstruksi (dalam Eriyanto, 2005: 37). Realitas itu ada, karena
dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi,
sudut pandang tertentu dari wartawan. Analisis framing merupakan metode untuk
melihat cara bercerita media atas peristiwa. Cara bercerita itulah yang
tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. Cara ini
berpengaruh pada hasil akhir konstruksi realitas (Eriyanto, 2005). Dapat
dikatakan, seorang wartawan dalam sebuah media akan mengemas peristiwa sesuai
dengan cara pandang media tersebut. Sehingga dari cara pandang media kemudian
akan mempengaruhi cara bercerita seorang wartawan.
Hal tersebut
menarik untuk dikaji dan ditelaah lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada penonjolan
aspek-aspek tertentu di antara kedua situs tersebut karena sudah sepatutnya
media dalam pemberitaannya bersikap netral.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Pendekatan Penelitian
Guna meneliti masalah di atas, penulis menggunakan
metodologi penelitian kualitatif. Metodologi kualitatif berasal dari pendekatan
interpretatif (subjektif).
Pendekatan
interpretatif ini mempunyai dua varian, yakni konstruktivis (Constructivism Paradigm) dan kritis (Critical Paradigm). Perbedaan
antarpendekatan ini dapat diketahui berdasarkan empat landasan falsafahnya,
yaitu ontologis, epistemologis, aksiologis, dan metodologis. Berdasarkan pada
permasalahan yang akan dibahas dan kerangka pemikiran yang telah dibangun, maka
penelitian ini berpijak pada paradigma subjektif kontruktivis.
Pace & Faules (2005) dan
Hidayat (1999) dalam Kriyantono (2006: 53-54) menjelaskan, secara ontologis,
paradigma subjektif konstruktivis memandang bahwa realitas merupakan konstruksi
sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, dan berlaku sesuai konteks
spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Dalam pemberitaan, realitas yang
ditampilkan adalah hasil konstruksi mental dari wartawan, di mana realitas
dipahami secara beragam dan dipengaruhi pengalaman, konteks, dan waktu pribadi si
wartawan. Sedangkan secara epistemologis, pemahaman tentang suatu realitas atau
temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang
diteliti. Adapun dari sudut pandang aksiologis, tujuan penelitian ini adalah
merekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku
sosial yang diteliti.
3.2. Model Framing Entman
Menurut Robert Entman, meskipun
analisis framing dipakai dalam
berbagai bidang studi yang beragam, satu faktor yang menghubungkannya adalah
bagaimana teks komunikasi yang disajikan, bagaimana representasi yang ditampilkan
secara menonjol memengaruhi khalayak. Konsep framing Entnam
digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu
dari realitas oleh media. Framing
dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas
sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain.
(Eriyanto, 2002:186)
Entman
melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan
penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas. Seleksi isu
berkaitan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam,
aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan. Dari proses ini selalu terkandung
di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan, tetapi ada juga berita yang
dikeluarkan. Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan
memilih aspek tertentu dari suatu isu.
Penonjolan aspek tertentu
dari isu berkaitan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu di suatu peristiwa
dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis. Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian
kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
Problem Identification
|
Pendefinisian masalah. Bagaimana suatu peristiwa/isu
dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?
|
Diagnose Causes
|
Memperkirakan masalah atau sumber masalah. Peristiwa itu
dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu
masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?
|
Make Moral Judgement
|
Membuat keputusan moral. Nilai moral apa yang disajikan
untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi
atau mendelegitimasi suatu tindakan?
|
Treatment Recommendation
|
Menkekankan penyelesaian masalah. Penyelesaian apa yang
ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus
ditempuh untuk mengatasi masalah?
|
3.3.
Teknik Pengolahan Data
Pada penelitian ini, data yang
digunakan yaitu teks pada pemberitaan di media online. Peneliti mengumpulkan dua pemberitaan yang sudah ditentukan
sebagai objek penelitian dari media detik.com
dan republika.co.id.. Selanjutnya, unit
analisis yang akan dibedah menggunakan model framing Entman yaitu judul dan paragraf pada pemberitaan di detik.com dan republika.co.id.
Untuk menjawab pertanyaan Entman,
peneliti mengkaji pokok pikiran setiap paragraf untuk menentukan pokok masalah,
memerhatikan narasumber dan kutipan
untuk menentukan sumber masalah, serta mengkaji makna tersirat untuk menentukan
nilai moral dan rekomendasi.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1.
Problem Identification
Pada pemberitaan detik.com berjudul “Bulog: Banyak yang
Antre Rebutan Daging Kerbau India”, pendefinisian masalah yang dikemukakan
ialah antusiasme pendistribusian daging kerbau di wilayah DKI Jakarta. Sedangkan
pada pemberitaan republika.co.id,
pendefinisian masalahnya yaitu impor
daging kerbau asal India menimbulkan kerugian. Identifikasi masalah ini
ditentukan berdasarkan apa yang terlihat dari judul dan lead berita.
Dari pendefinisian masalah ini,
terlihat bahwa masalah yang diangkat detik.com
ialah dari sisi koordinasi pemerintah dalam mendistribusikan daging kerbau. Hal
utama yang disoroti pada pemberitaan ini yaitu daging kerbau ternyata juga
mampu menyedot minat pedagang di tengah maraknya pendapat yang kontra terhadap
kebijakan pemerintah tersebut. Sedangkan republika.co.id
mengangkat dampak negatif yang ditimbulkan kebijakan impor daging kerbau
asal India, terutama bagi peternak. Republika.co.id
mengambil sudut pandang sebagai pendukung pihak yang kontra terhadap kebijakan
impor daging kerbau asal India.
4.2.
Diagnose Causes
Pada identifikasi sumber masalah
pada kedua pemberitaan, peneliti melihat pada narasumber yang ditampilkan dan
pernyataan yang disampaikan. Pada pemberitaan oleh detik.com, narasumbernya ialah Direktur Pengadaan Bulog, Wahyu.
Pada beberapa penyataannya, Wahyu menyampaikan mekanisme pendistribusian daging
kerbau di tingkat pedagang masih dilakukan setahap demi setahap. Ia juga menjelaskan
bahwa Bulog menetapkan Harga Eceran
Tertinggi (HET) sebesar Rp 65.000/kg.
Dengan demikian, sumber masalah pada pemberitaan detik.com dimaksud yaitu pendistribusian daging kerbau masih
dilakukan secara bertahap.
Sedangkan, pada pemberitaan di republika.co.id, narasumber yang dipilih
ialah pengamat peternakan dari Universitas Padjadjaran, Rochadi. Rochadi menyatakan
impor daging kerbau asal India terancam merugikan karena India masih belum
terbebas dari virus penyakit mulut dan kuku (PMK) sehingga peternak harus
mewaspadai hewan ternaknya ikut tertular. Dengan masuknya daging kerbau asal
India ke Indonesia, maka juga akan mengubah status Indonesia dengan negara
bebas PMK menjadi negara dengan PMK. Denagn demikian, sumber masalah pada
pemberitaan republika.co.id ialah daging kerbau asal India belum bebas virus
PMK.
4.3.
Make Moral Judgement
Setelah menelaan pemberitaan detik.com tentang impor sapi, maka
ditemukan beberapa nilai moral positif, yaitu masyarakat memiliki opsi selain daging sapi
untuk dikonsumsi, pemerintah mengupayakan agar masyarakat tidak terus
tergantung pada sapi untuk pemenuhan konsumsi daging, dan masyarakat bisa
mengonsumsi daging dengan harga terjangkau dengan adanya daging kerbau ini. Sedangkan,
nilai moral negatif yang ditemukan yaitu pendistribusian daging dikhawatirkan belum mncukupi
kebutuhan pedagang.
Sedangkan, nilai moral yang
ditemukan pada pemberitaan republika.co.id
juga terdiri dari aspek positif dan negatif yang seimbang. Nilai negatifnya
yaitu impor daging kerbau berpotnsi
merugikan peternak dan Indonesia terancam tercemar virus PMK. Sedangkan nilai
positifnya yaitu impor daging kerbau membrikan opsi konsumsi daging bagi
masyarakat dan harga daging kerbau lebih murah dari daging sapi.
4.4.
Treatment Rcommendation
Akhirnya, dari kedua pemberitaan di
detik.com dan republika.co.id tersebut peneliti menentukan penyelesaian masalah
untuk mengatasi isu yang ada di kedua pemberitaan. Untuk detik.com, jalan penyelesaian masalah yang ditawarkan yaitu daging
kerbau harus didistribusikan secara adil dan merata. Pedagang juga diharapkan
tidak mengambil untung terlalu besar mengambil keuntungan.
Sedangkan jalan penyelesaian
masalah yang ditawarkan utnuk
republika.co.id ialah pemerintah direkomendasikan mencari sumber lain impor
daging kerbau yang bebas virus PMK. Selain itu, peternak diharapkan
mengantisipasi terjangkitnya hewan ternak mereka agar tidak tertarik virus PMK
4.5.
Matriks Analisis Framing Entman
Secara singkat, hasil analisis
menggunakan model framing Entman terkait pemberitaan impor daging kerbau asal
India dapat dilihat dalam matriks berikut:
|
Detik.com
|
Republika.co.id
|
Judul
|
Banyak Yang Antre Rebutan Daging
Kerbau India
|
Daging
Kerbau Impor Rugikan Peternak Rakyat
|
Define Problem/
Problem Identification
|
antusiasme pendistribusian daging
kerbau di wilayah DKI Jakarta
|
Impor
daging kerbau asal India lebih banyak menimbulkan kerugian
|
Diagnose
Causes
|
Pendistribusian
daging kerbau masih dilakukan secara bertahap.
|
Daging
kerbau asal India belum bebas virus penyakit mulut dan kuku (PMK)
|
Make Moral Judgement
|
· pendistribusian
daging dikhawatirkan belum mncukupi kebutuhan pedagang
· Masyarakat memiliki opsi selain daging sapi untuk
dikonsumsi.
· Pemerintah
mengupayakan agar masyarakat tidak terus tergantung pada sapi untuk pemenuhan
konsumsi daging.
· Masyarakat bisa mengonsumsi daging dengan harga terjangkau.
|
· Impor daging kerbau berpotensi merugikan peternak.
· Indonesia terancam tercemar virus PMK
· Memberikan opsi konsumsi daging bagi masyarakat
· Harga daging kerbau lebih murah dari daging sapi
|
Treatment
Recommendation
|
· Daging kerbau harus didistribusikan secara adil dan merata.
· Pedagang diharapkan tidak mengambil keuntungan terlalu
banyak.
|
· Pemerintah
direkomendasikan mencari sumber lain impor daging kerbau yang bebas virus
PMK.
· Peternak harus
mengantisipasi terjangkitnya hewan ternak mereka agar tidak tertarik virus
PMK
|
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Penelitian dengan judul “Konstruksi
Pemberitaan Daging Sapi di Media Online
Detik.com dan Republika.co.id tahun 2016”, menyimpulkan bahwa:
·
Detik.com
dalam menyampaikan pemberitaan impor daging kerbau memberikan sudut pandang yang
lebih luas dari pada hanya sekedar memberitakan penolakan atas kebijakan
tersebut yang marak di media massa. Di tengah maraknya pemberitaan mengenai
penolakan kebijakan impor daging kerbau, detik.com
memberikan opsi pemberitaan dari sudut pandang lain, yakni penekanan/pembingkaian
pada update mengenai apa yang tengah
dilakukan pemerintah dalam menindaklanjuti daging impor kerbau. Dengan
demikian, masyarakat juga terinformasi sejauh mana kebijakan tersbut
dijalankan. Namun sayangnya detik.com hanya
menyampaikan pernyataan secara sepihak, yakni hanya dari sisi Bulog. Padahal,
dalam berita tersebut detik.com juga
menceritakan antusiasme pedagang sehingga seharusnya detik.com juga mengutip pernyataan pedagang. Hal ini dilakukan guna
menggaet keprcayaan pembaca tentang kondisi di lapangan, apakah benar pedagang
antusias yang dapat mendukung pernyataan Bulog atau justru sebaliknya.
·
Republika.co.id
dalam menyampaikan pemberitaan impor daging kerbau lebih bertendensi negatif
pada kebijakan pemerintah. Republika.co.id
bertendensi menanamkan keyakinan secara lebih makro dengan meminjam mulut
seorang pengamat yang menyatakan bahwa kebijakan impor daging kerbau dapat
berdampak nasional dengan dipertaruhkannya citra Indonesia yang akan menjadi
negara tidak bebas virus PMK jika terus mengimpor daging kerbau dari India. Republika.co.id secara jelas memberikan
penonjolan pada hal-hal negatif sebagai dampak dari dijalankannya kebijakan
impor daging kerbau asal India. Seperti detik.com, republika.co.id juga hanya mengutip satu narasumbr sehingga
pemberitaan jadi kurang seimbang.
5.2
Saran
Adapun saran yang dapat dihimpun
dari pemberitaan ini ialah:
·
Detik.com
dan republika.co.id sebaiknya
menambah satu lagi narasumber, yakni pedagang bagi detik.com, dan peternak bagi republika.co.id
agar pemberitaan terlihat lebih seimbang.
No comments:
Post a Comment