![]() |
Nasi pindang kerbau saat disajikan. (dok. Humas Kudus) |
Siapa tak kenal dengan kota
Kudus. Kota dengan wilayah terkecil di Jawa Tengah ini memiliki beberapa sebutan. Sebagian menyebutnya dengan
kota kretek, sebagian lagi mengenalnya sebagai kota tujuan wisata reliji. Namun
belum banyak yang mengenal kuliner khasnya, yaitu olahan berbahan dasar daging
kerbau, yang memang hanya bisa ditemukan di Kudus.
Jika kita berjalan-jalan
berkeliling di seputar pusat kota Kudus saat malam, akan banyak ditemukan
warung ataupun rumah makan yang menyediakannya. Entah itu sate kerbau, soto
kerbau maupun pindang kerbau.
Olahan daging kerbau ini memang
terasa khas sekali. Terutama dari rasa dan teksturnya. Daging kerbau relatif
lebih terasa manis dibanding daging sapi. Teksturnya pun lebih liat. Itu pula
yang membuatnya harus mendapatkan ‘penanganan khusus’ sebelum bisa dinikmati.
Misalnya saja untuk sate kerbau,
dagingnya harus di pukul-pukul terlebih dahulu untuk melunakkannya, sekaligus
agar bumbunya lebih meresap. Cara menyajikannya pun berbeda. Daging yang sudah
dilunakkan, dikepal kecil-kecil dan barulah ditusuk dengan bilah bambu. Setelah
itu baru dibakar dan disajikan dengan bumbu kacang yang encer. Untuk rasanya,
jangan ditanya. Lembut dan terasa manis di lidah.
Lain lagi dengan sotonya. Soto
kerbau sudah terlihat berbeda sejak pertama kali disajikan. Mangkuknya yang
kecil membuatnya terlihat lebih ekslusif dan tentunya ‘menantang’ kita untuk
kembali memesannya. Kuahnya yang panas, ditambah daging dengan rasa rempah yang
khas susul menyusul meluncur dari ujung lidah kita. Uahhh...sedap sekali.
Namun bagi saya, yang istimewa
adalah nasi pindang kerbaunya. Jika kita memesan nasi pindang, maka secara
otomatis penjualnya akan menawarkan dua pilihan: pindang kerbau atau pindang
ayam. Tentu saja saya lebih menyarankan untuk memilih nasi pindang kerbau.
Bukan karena nasi pindang ayamnya tidak enak, tapi karena nasi pindang kerbau
lebih relevan. Ini kan artikel tentang daging kerbau, bukan daging ayam,
heheh.
Rasanya sendiri mirip-mirip
dengan rawon, namun lebih ‘soft’.
Daging kerbaunya dipotong-potong biasa saja sehingga tekturnya sangat terasa di
lidah. Kuahnya kental dan lezat. Yang unik, terdapat daun salam yang lazim akan
kita temukan di kuahnya. Jangan kuatir, daun tersebut juga bisa kita santap.
Rasanya mantap. Bagi para penyuka kuliner ‘panas’, sajian ini sangat recommended
!
Kelompok V :
·
Erwin Dwisusanto, S.Sos (Humas Pemkab Kudus)
·
Fithri Nugrahani S., S.Sos, M.Si (Humas Setda
Pati)
·
Baiq Diah Aprina W., S.Sos (Kantor Penghubung
Pemda NTB di Jakarta)
·
R. Yanti Ruchiyati, S.I.Kom (Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI)
No comments:
Post a Comment